tembang kenangan : lir ilir
belimbing |
Lir-ilir, lir-ilir
tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jrumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Yo surako... surak hiyo...
Sayup-sayup bangun (dari tidur)
Tanaman-tanaman sudah mulai bersemi,
demikian menghijau bagaikan gairah pengantin baru
Anak-anak penggembala, tolong panjatkan pohon blimbing itu,
walaupun licin tetap panjatlah untuk mencuci pakaian
Pakaian-pakaian yang koyak disisihkan
Jahitlah benahilah untuk menghadap nanti sore
Selagi sedang terang rembulannya
Selagi sedang banyak waktu luang
Mari bersorak-sorak ayo...
Maksudnya:
Makin subur dan tersiarlah agama Islam yang disiarkan oleh para aulia dan mubaligh.
Hijau adalah warna dan lambang agama Islam. Dikira pengantin baru, maksudnya, agama Islam begitu menarik dan kemunculannya yang baru diibaratkan bagaikan pengantin baru.
Cah angon atau penggembala, diibaratkan dengan penguasa yang ‘menggembalakan’ rakyat. Para penguasa itu disarankan untuk segera masuk agama Islam (disimbolkan dengan buah belimbing yang mempunyai bentuk segi lima sebagai lambang rukun Islam).
Walaupun licin, susah, tetapi usahakanlah agar dapat masuk Islam demi mensucikan dodot (Dodot adalah jenis pakaian tradisional Jawa yang sering dipakai pembesar jaman dulu. Bagi orang Jawa, agama adalah ibarat pakaian, maka dodot dipakai sebagai lambang agama atau kepercayaan).
Pakaianmu, (yaitu) agamamu sudah rusak, karena dicampur dengan kepercayaan animisme / klenik.
Agama yang sudah rusak itu jahitlah (perbaiki), sebagai bekal menghadap Tuhan.
Selagi masih hidup masih ada kesempatan bertobat.
Bergembiralah, semoga kalian mendapat anugerah dari Tuhan.
http://www.jaist.ac.jp
mengingatkan pada zaman sd dulu :D
BalasHapus