PEMIKIRAN ISLAM ANTARA ORISINALITAS DAN KEKINIAN


بسم الله الرحمن الرحيم

PEMIKIRAN ISLAM
ANTARA ORISINALITAS DAN KEKINIAN

Oleh: Dr. H. Achmad Satori


DEFINISI PEMIKIRAN ISLAM

Dimaksudkan dengan pemikiran Islam di sini adalah semua produk fikiran umat Islam sejak diutusnya Rasulullah SAW sampai sekarang baik berkaitan dengan pengetahuan kauni umum, tentang ketuhanan, alam dan manusia. Pemikiran Islam merupakan hasil ijtihad para pemikir muslim untuk menginterpretasikan pengetahuan-pengetahuan kauni umum itu dalam kerangka prinsip-prinsip Islam, akidah, syariah dan prilakunya1. Jadi setiap pemikiran manusia yang muncul dari kebebasan berfikir dan tidak bertitik-tolak dari konsep Islam yang konstan yang ada dalam al Quran dan as Sunnah, tidaklah disebut pemikiran Islam.
Pemikiran Islam tidaklah sama dengan Islam itu sendiri karena Islam adalah wahyu Ilahi yang konstan yang ada dalam dua sumbernya yang ma’sum (terjaga dari kesalahan). Sebagai konsekwensinya, pemikiran Islam bukanlah suatu yang pasti benar seperti ajaran Islam itu sendiri.Ia adalah hasil ijtihadi yang bisa salah dan bisa benar. Kita tidak boleh mencampuradukkan antara hakekat Islam dengan pemikiran itu sendiri sebab pencampuradukkan seperti itu berarti memasukkan pemikiran umat manusia dalam ruang lingkup wahyu Ilahi.

Pemikiran Islam yang dimaksud di atas harus bertitik tolak dari kaidah-kaidah Islam, sehingga sangat sedikit kemungkinannya terlepas dari kebenaran Islam itu sendiri. Hal ini disebabkan karena dua hal:
1.Islam telah meletakkan hakekat-hakekat ketuhanan yang sempurna di dalam bidang-bidang dan wilayah yang tidak boleh dimasuki akal.2 Karena akal diharuskan bergerak di alam ciptaanNya agar bisa menyingkap hukum-hukum dan rahasia alam ini. Di sinilah rahasianya mengapa para filsuf yang memasuki urusan alam ghaib akan berakhir pada kebimbangan dan ketidakyakinan. Tapi sebaliknya bila akal mengetahui kemampuannya dan bergerak di bidang dunia materi, ia akan menghasilkan hal-hal yang bermanfaat bagi manusia.
2.Hawa nafsu yang mengungkapkan gerakan emosional instinktif pada manusia bisa menghambat akal manusia dari jalannya yang lurus bahkan bisa menutupinya dari jalan kebenaran. Oleh sebab itu pemikiran manusia membutuhkan suatu kerangka yang konstan tentang hakekat jiwa, cakrawala dan nilai-nilai yang bersumber darinya. Kerangka ini tidak akan kita temukan kecuali dalam wahyu Ilahi yang benar dalam bentuk Al Quran dan sunnah nabawiyyah.3

SUMBER-SUMBER PEMIKIRAN ISLAM

Pemikiran Islam yang benar haruslah bersumber dan dan berpokok pangkal dari dua sumber yaitu:

Pertama: Al quran dan As sunnah

Sudah pasti bahwa pemikiran Islam harus bersumber dari wahyu Ilahi yang tercermin dalam Al Quran dan As Sunnah. Bila tidak bersumber dari keduanya berarti bukan pemikiran Islam. Al Quran dan as sunnah mendorong ulama untuk menggunakan pemikiran mereka dalam dua hal:
a.Bidang ijtihad dalam menafsirkan masalah-masalah yang belum ditetapkan al Quran dan Assunnah dengan nash yang qoth’I
b.Bidang yang belum pernah disentuh sama sekali oleh Alquran dan As Sunnah.4

Kedua: Budaya asing.

Islam tidak pernah memusuhi perluasan wawasan pengetahuan manusia, tapi menyuruh para pengikutnya untuk melakukan penelitian dan mengambil hikmah dan semua hal yang bermanfaat dari umat atau bangsa lain. Ilmu dan hikmah dalam pandangan Islam dianggap sebagai suatu barang hilang yang wajib diambil dimanapun kita dapatkan.5
Bertolak dari sinilah umat Islam sejak dulu sampai sekarang berhasil memanfaatkan kebudayaan manusia untuk membangun kehidupan dan mengembangkan peradaban. Namun demikian pergesekan ini menimbulkan hal-hal positif disamping yang negatif, dengan masuknya fenomena paganisme ke dalam miliu Islam karena peradaban asing itu bersendi pada paganisme dan kesyirikan dalam melihat alam dan kehidupan. Masuknya peradaban Yunani, Platoisme, Hinduisme, Budhisme, gnostisisme, manaicheisme6, peradaban Yahudi , Nasrani dsb cukup membahayakan kemurnian Islam. Hampir-hampir saja bisa menghapus rambu-rambu ajaran Islam kalau bukan karena kekuatan internal ajaran Islam dengan akidahnya dan syariatnya yang toleran. kita tidak menafikan adanya dampak positif dari peradaban asing tersebut , namun tetap bahaya senantiasa mengintai kemurnian pemikiran Islam

KARAKTERISTIK PEMIKIRAN ISLAM

Pertama; Bersifat Rabbani. Artinya bahwa pemikiran Islam harus bertitik tolak dari wahyu Ilahi dan sunnah nabawi serta bertujuan untuk meningkatkan pengabdian kepada Allah SWT. Pemikiran Islam yang asholah haruslah mengabdikan dirinya untuk tunduk dalam kepentingan ibadah kepada Allah SWT.

Kedua, besifat moralis. Maksudnya, pemikiran Islam harus memperhatikan aspek moralitas. Seorang muslim pemikirannya diarahkan kepada masalah-masalah yang berakhlak. Islam diturunkan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Islam menganggap akhlak sebagai buah dari akidah yang benar dan ibadah yang murni lillah. Pemeikiran Islam yang berusaha untuk menjauhkan muslim dari akhlak mahmudah adalah fpemikiran yang sesat.

Ketiga, manusiawi. Maksudnya bahwa pemikiran Islam menjadikan manusia sebagai objek agar menjadi hamba Allah, ia harus bergerak untuk kepentingan manusia dan merealisir kebahagian dan kesejahterannya. Manusia adalah makhluk termulia, maka semua isi alam ini adalah untuk kepentingannya. Allah berfirman dalam surat Al Isro’ 70 :

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي ءَادَمَ (70)
Artinya: Dan Kami telah memuliakan anak cucu Adam.

Keempat, Universal. Selama pemikiran Islam itu memfokuskan perhatiannya pada kepentingan umat manusia tanpa membedakan suku dan bangsanya maka pemikiran Islam harus bersifat universal yang memperhatikan semua level manusia, golongan dan suku-bangsanya.Bukan Cuma mentingkan maslahat pemeluknya saja. Ia harus memperhatikan kepentingan bangsa dan umat lain. Kendatipun Alquran berbahasa Arab namun risalahnya bersifat universal.

Kelima, toleran. Di antara ciri universalitas pemikiran Islam adalah adanya karakteristik ‘toleransi” . Kendatipun Islam menyeru seluruh umat manusia untuk memeluk Islam namun Islam menegaskan dua hal pokok untuk mempengaruhi pemikiran manusia yaitu:
1.Perbedaan manusia dalam beragama merupakan suatu realitas yang kehendaki Allah yang berkaitan dengan kebijaksanaanNya. Manusia tidak mungkin menolak ketentuan Allah ini .Allah berfirman ;

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ(118)إِلَّا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ
Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka.{ Hud 118-119)

2.Balasan atas kesesatan manusia diserahkan kepada Allah SWT. Bukan kepada manusia. Allah beerfirman:
فَلِذَلِكَ فَادْعُ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَقُلْ ءَامَنْتُ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنْ كِتَابٍ وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ اللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ اللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ(15)
Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)" As Syuro 15.

Oleh sebab itu pemikiran Islam berwawasan untuk memperhatikan kepentingan umat Islam dan kepentingan lainnya. Bahkana tidak sedikit orang-orang yang non muslim ikut serta terjun dalam pemikiran Islam.

Keenam, Bersifat variatif.

Di antara ciri pemikiran Islam adalah bersifat variatif. Pemikiran Islam tidak hanya berkisar seputar ketuhanan saja tapi mencakup semua aspek yang dibahas oleh fikiran manusia seperti; masalah agama dengan berbagai macam cabangnya, bahasa, sastera, filsafat, ilmu alam, matematik, seni dsb. Jadi sifatnya adalah variatif yang mencakup semua aspek kehidupan manusia.

Ketujuh, bersifat moderat.

Sebagai penyempurna sifat variatif ini adalah ciri moderasi atau keseimbangan. Pemikiran Islam adalah pemikiran yang mencerminkan moderasi antara hak dan kewajiban, ilmu dan iman, materi dan jiwa, individu dan sosial. Ketika kita melihat sesuatu maka pasti akan melihatya dengan kacamata keseimbangan. Alla berfirman:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), (Al Baqoroh 143)

Kedelapan, Bersifat integral

Di antara karakteristik pemikiran Islam adalah bersifat integral, maksudnya sebagian pemikiran dalam sauatu aspek memiliki keterkaitan yang tak terpisahkan dengan pemikiran dalam aspek lainnya. Contoh, pemikiran di bidang bahasa tidak terpisah dengan pemikiran bidang fiqh, social dst. Bahkan pemikiran Islam ini sangat akomodataif terhadap pemikiran lain yang tidak mengganggu kemurnian dan keasholahannya.7


ORISINALAITAS PEMIKIRAN ISLAM

Untuk mengetahui makna orisinalitas pemikiran Islam perlu kiranya kita memperhatikan hal-hal berikut yang menjadi ciri orisinalitas pemikiran:

1.Pentingnya mengenali dan memahami pemikiran Islam

Orisinalitas pemikiran Islam dapat diketahui dengan mengenali pemikiran Islam dengan karakteristiknya, unsur-unsur pokoknya dan sumber-sumbernya yang murni. Memahami pemikiran Islam tidak boleh dari sumber-sumber sekunder. Kita terkadang melihat orang yang menolak hadits Bukhari dan Muslim dan mengambil pendapat sebuah kitab. Ada juga yang mengambil semua pendapat Hasan Hanafi, Arkoun dsb tanpa melakukan telaah kritis terhadap pemikiran mereka dst. Kita melihat ada orang yang menganggap pendapat kaum orientalis sebagai hujah dalam tulisan mereka tanpa melakukan kritik , atau perbandingan dengan pendapat orang lain. Padahal pendapat kaum orientalis memiliki cukup banyak kelemahan yang sangat mendasar sbb.:
a.Kurang mendalami bahasa Arab, dzauqnya dan berbagai indikatornya. Kondisi demikian akan merefleksi pada pemahamannya tentang AlQuran al karim dan As Sunnah annabawiyyah
b.Perasaan superioritas Barat yang menganggap mereka sebagai pemimpin dunia dan Eropa adalah induk dunia.
c.Bertitik tolak dari persepsi Barat bahwa Al quran bukanlah kalamullah dan Muhammad SAW bukanlah Rasulullah.
d.Studi orientalis kebanyakan ditujukan untuk tujuan praktis tertentu dari negara yang membiayanya. Dengan demikian studi mereka sulit terlepas dari kenetralan.8

Pemikiran yang orisinal haruslah sesuai dengan sumber aslinya yaitu Al Quran dan As Sunnah. Untuk mendapatkan pemikiran Islam yang orisinal si pemikir perlu memiliki beberapa perangkat untuk memahami ajaran Islam dengan benar yaitu :
a.Bahasa Arab dengan berbagai macam cabang ilmunya dan sasteranya
b.Mengetahuai ilmu-ilmu syariah seperti Tafsir, ulumul Quran, Al Hadits dan Ilmu Mushtholahul Hadits, Fiqh dan ushulnya, al ‘aqidah , tashawwuf dan akhlak
c.As sirah annabawiyyah, tarikh Islam, Tarikh Thobaqot, Biografi para sahabat dan para tabi’in.9
Dalam hal ini tidaklah disyaratkan supaya mendalami semuanya tapi cukuplah dasar-dasar dari ilmu-ilmu di atas.Kecuali bila kita ingin memfokuskan pada masalaha tertentu maka kita harus smenguasai masalah itu dari semua aspeknya secara menjdalam.


2.Rasa Bangga untuk memberikan Loyalitas Kepada Islam

Orisinalitas pemikiran akan mucul bila kita memilki rasa bangga dengan apa yang ada pada Islam. Islamlah yang menentukan sasaran dan aturannya yang mendidik manusia untuk berfikir, berkeinginan dan bergerak dalam kerangka AlQuran dan As Sunnah. Kebanggaan untuk loyal terhadap Islam adalah kewajiban setiap Muslim yang rela menjadikan Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya, nabi Muhammad sebagai Rasulnya dan Alquaran sebagai petunjuknya. Allah berfirman:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ(33)

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?" (Fushshilat 33)


3.Kembali Kepada Prinsip-Prinsip Islam

Pemikiran Islam yang murni harus berpokok pangkal pada dasar-dasar dan prinsip aajaran Islam, akidahnya dan akhlaknya. Kebanggaan dengan Islam tidak akan ada artinya bila tidak kita abuktikan dengan amaliyah yang bersendikan pokok-pokok ajaran Islam. Kita khawatir kalau kita persis seperti yang diungkapkan sebagian ulama salaf : “Anda semua berada di suatu masa yang banyak ahl fiqihnya, sedikit para tukang ngomongnya, banyak orang dermawan tapi sedikit peminta-minta. Amaliyah saat itu lebih baik dari pada keilmuan. Dan akan datang kepadamu suatu masa yang sedikit para ahli fiqihnya, banyak tukang ngomongnya, sedikit para pemberinya dan banyak para pemintanya di mna saat itu ilmu lebih baik dari pada amaliyah.”10
Zaman sekarang ada yang phobi dengan istilah “kembali kepada prinsip-prinsip ajaran Islam” karena sering dituduh sebagai fundamentalisme


4.Menghidupkan Tradisi Ulama Salaf.

Untuk melengkapi masalah ketiga, kita harus optimal dalam menghidupkan tradisi ulama salaf. Yang dimaksud dengan ulama salam di sini ada ulama dari kalangn sahabat dan tabi’in. Kita perlu menghidupkan manhaj mereka dalam memahami hokum Allah dan memahami sunnah rauslnya. Manhaj salaf artinya cara global mereka dalam memahami agama dan mengamalkannya serta beramal untuk Islam.. Mereka melihat inti ajaran agama tidak melihat formalitasnya. Mereka melihat maksud-maksud syari’ah dan mengabaikan letterliyknya, melihat pada jiwwa amaliyahnya bukan kepada materi dan teksnya.
Sedangkan masalah-masalah yang rinci serta parsial biasanya dipengauhi oleh situasi dan kondisi. Masalah ini sering berubah sesuai dengan perubahan penyebab hukumnya. Dalam hal cabang kita terkadang meninggalkan pendapat ulama salam karena tidak sesuai lagi dengan kondisi kita seperti jihad dengan menggunakan kuda, seperti pendapat bahwa masa khamilan menurut sebagian merreka bisa mencapai empat , lima atau tujuh tahun.
Mengikuti ulama salam bukan berarti kta mengikuti dalam formalitas dan hal-hal parsial yang bisa berubah dengan perubahan zaman. Bukan berarti kita harus duduk di lanti seperti mereka, makan dengan tangan seperti mereka atau menunggang kuda dalam bepergian , membangun rumah dengan tanah seperti memreka dst.
Mengikuti salaf berarti kita harus ijtihad seperti mereka ijtihad dan kita berfikir dengan akal kita sebagaimana mereka berfikir dengan akal mereka dengan memperhatikan zaman, tradisi, situasi dan kondisi kita.

5.Memanfaatkan Khazanah pemikiran Umat Islam terdahulu.

Di antara cirri orisinalitas pemikiran Islam, hendaaknya kita berijtihad untuk memanfaatkan khazanah pemikiran umat Islam untuk menyeleksi pendapat-pendapat yang telah ada dan lebih dekat dengan jiwa keIslaman.


KARAKTERISTIK KEKINIAN PEMIKIRAN ISLAM

Yang dimaksud dengan kekinian adalah bahwa pemikiran Islam mencerminkan jiwa abad sekarang, baik dari segi pemikirannya, nilainya, prilakunya dan semua situasi dan kondisinya.
Untuk mengukur derajat kekinian pemikiran Islam , perlu memperhatian beberapa karakteristik berikut:

1.Memahami kondisi abad sekarang

Di antara karakteristik penting dalam mengukur kekinian suatu pemikiran adalah , sejauh mana pemikiran itu menampung segala macam yang mencerminkan perkembangan abad sekarang di mana kita hidup. Pemahaman terhadap kondisi dan situasi abad merupakan tuntutan untuk bisa berfikir secara benar.
Dalam sebuah hadits disebutkan:
ينبغي للعاقل ان يكون عارفا بزمانه حافظا للسانه مقبلا على شأنه

Artinya: “Orang yang berakal hendaknya memahami zamannya, menjaga bahasanya dan menyambut situasi dan kondisinya.”11

Di antara kata-kata yang ma’tsur adalah sbb:
رحم الله امرءا عرف زمانه و استقامت طريقته

Artinya: “Semoga Allah merahmati seoran yang mengenali kondisi dan situasi zamannya dan dia menempuh jalan istiqomah.12

Pemahaman terhadap kondisi dan situasi abad sekarang ini terkadang menjadi wajib bila dijadikan sebagaai wasilah untuk menunaikan suatu kewajiban dana terkadang menjadi sunnah kala duperlukan untuk menunaikan yang sunnah. Hal ini sesuai dengan kaidah usuhuliyyah;

ما لا يتم الواجب الا به فهو واجب
Artinya: “Sesuatu yang menjadi syarat sempurnanya yang wajib adalah wajib.

Para fuqoha menetapkan bahwa : “fatwa bisa berubah sesuai dengan perubahan situasi dan kondisi, tradisi dan keadaan.13

Atas dasar ini fatwa-fatwa di masa sahabat bisa berbeda dari fatwa pada masa kenabian, seperti dalam masalah kodifikasi mushaf, mendera orang yang meminum khomr pada masa Abu Bakar, masalah pembagian tanah yang ditaklukkan, mendera peminum khamr 80 kali pada masa Umar bin Khattab, dan masalah penyatuan mushaf pada masa Usman bin Affan

Beberapa indikasi pemahaman terhadap kondisi dan situasi abad sekarang:
a.Memahami realita keidupan dimana kita berada; realita lokal, realita regional, realita dunia Islam dan realita internasional.
b.Memahami aspek negatif dan positif dari abad kita.
c.Memahami bahwa abad sekarang bukanlah Barat saja14.


2.Memahami aspek keilmuan dan teknologi.


Di antara tuntutan abad modern adalah penguasaan ilmu dan teknologi. Realitas mewajibkan kita untuk penguasaan iptek dapat dilihat dari beberapa aspek:
a.Menguasai ilmu yang untuk kepentingan agama dan dunia adalah fardlu kifayah. Umat Islam wajib memeiliki para ilmuwan yang ahli di bidangnya, yang dibutuhkan umat.
b.Umat Islam dituntut untuk leading di dunia, yang diungkap dalam Alquran sbb.

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. ( Al Baqoroh 143)

c.Umat harus menjadi pemimpin di dunia, maka ia harus menyiapkan kekuatan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh-musuhnya. Bila ilmu adalah wasilah untuk itu maka umat wajib menguasainya.
d.Ilmu dan teknologi modern telah berhasil mempermdah fasilitas kehidupan dan membantu pelaksanaan kewajiban secara baik dengan cepat.
e.Ilmu yang kita ambil dari Barat sekarang pada mulangan adalah ilmu yang mereka ambil dari kita, walaupun mereka telah mampu melangkah dan melompat jauh.

3.Pandangan jauh ke depan.

Diantara tuntutan abad modern kita harus memandang jauh ke depan kendatipun sekarang dalam kondisi yang memprihatinkan. Kita perlu memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang sehingga peikiran Islam yang kita produk mampu menghadapi berbagai tatangan. Rasulullah senantiasa memiliki visi jauh kedepan. Beliau tidak jarang menyampaikan tentang kondisi akhir zaman, cirri-ciri kiamat dsb. Para khalifah juga memperhatikan masa depan ketika berfikir, seperti Usman menyatukan tulisan mushaf, Umar tidak membagikan tanah rampasan kepada para mujahid dst.

4.Memperhatikan Hak Asasi Manusia.

Di antara ciri abad modern kita adalah abad hak asasi manusia. Maka semua pemikiran Islam perlu menukikkan perhatiannya pada masalah ini.

RAMBU-RAMBU UNTUK MENGHASILKAN PEMIKIRAN ISLAM

Pemikiran adalah hasil ijtihad individu muslim. Agar ijtihad pemikiran ini tidak terjerumus dalam kesalahan maka perlu memperhatikan rambu-rambu ijtihad berikut.:

1.Ijtihad harus dengan mencurahkan semua kemampuan yang kita miliki.
2.Tidak berijtihad dalam masalah-masalah yang qath’I
3.Tidak menganggap yang qoth’i sebagai yang dzonni
4.Menghubungkan fiqh dengan hadits.
5.Ijtihad tidak boleh berada dalam atekanan realitas
6.Ijtihad perlu membuka hal-hal baru yang bermanfaat.
7.Ijtihad tidak boleh mengabaikan jiwa kekinian dan tuntutannya.
8.Berusaha untuk berpindah kepada ijtihad kolektif.
9.Berlapang dada untuk mengakui kesalahan seorang mujtahid.15


Contoh Penyebab Kekeliruan ijtihad kontemporer.
1.Mengabaikan teks Al Quran dan Al Hadits yang harus diikuti.16 Penyebab pengabaian nash ini adalah: Kebodohan akan adanya teks tsb, Meninggalkan nash karena kesalah fahamannya atau fanatisme. Contoh ijtihad seperti ini adalah menasabkan anak temuan kepada orang yang memeliharanya.Bertentangan dengan S Al ahzab ayat 4-5
2.Memahami nash secara salah atau menyelewengkan pemahaman nash tsb. Contohnya. Ijtihad sebagian orang yang menyatakan bahwa perintah potong tangan pada pencuri bukanlah menunjukkan hal wajib.
3.Berpaling dari ijma’ yang meyakinkan . yang dimaksud dengan ijma’ yang meyakinkan adalah iajma’ yang ditetapkan fikh berabad abad dan diamalkan terus menerus dan telah disepakati oleh madzhab-madzhab fiqh.contohnya ijtihad yang menyatakan bahwa wanita muslimah boleh dinikahi oleh laki-laki ahlul kitab.17
4.Menggunakan kiass tidak pada tempatnya, seperti mengkiaskan nash qoth’i dengan nash dzonni dalam hal kebolehan ijtihad dalam masalah yang dikandungnya.
5.Mengabaikan realitas masa kini. Seperti pengharaman memotong hewan dengan peralatan elektrik dan mewajibkan dengaqn pisau atau golok.
6.Berlebihan dalam memposisikan maslahat walaupun harus menggeser nash. Seperti membolehkan riba karena ada maslahat. Sholat jumat dipindah hari ahad karena maslahat.18

Inilah beberapa rambu pemikiran Islam yang perlu kita cermati agar kita tidak tergelincir dalam kesalahan ketika mengungkapkan sebuah pemikiran baru sekitar Islam dan hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Wallahu a’lamu bis showab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Internet Summit 2009 in Surabaya

Industrial engineering

Ulama Internasional Dukung Turki Soal Tuduhan Genosida